Start Up “rasa” Indonesia


Berbagai startup mulai banyak tumbuh di Indonesia. Pertumbuhan startup ini dapat dikatakan sangat luar biasa. Di awal tahun 2015, seperti yang dilansir oleh TechinAsia.com setidaknya ada 10 startup yang telah mendapat investasi pembiayaan berdasar pertumbuhan yang telah ditunjukkannya. Daftar yang dilaporkan awal tahun 2015 tersebut, saya percaya akan terus bertambah.  Pasti banyak yang sudah mengenal GO-Jek, Blibli.com, Mataharimall.com,  tiket.com, Olx, Lazada, Tokopedia, yang semuanya dikenal melalui iklan di media cetak ataupun televisi. Namun ada juga yang banyak dikenal mulai dari jejaring sosial, misalnya saja 1cak.com, hijup.com, salestock Indonesia, Groupon Indonesia (membeli DisDus tahun 2011), dan masih banyak lagi lainnya. Menurut AngleList (sebuah layanan yang menyediakan informasi bagi startup, investor, bahkan pencari kerja), tercatat 621 startup yang tumbuh di Indonesia. Dari jumlah tersebut jika dilihat berdasar rangking dunia (seperti yang di publikasikan oleh Startup Ranking [profil]), posisi start up “rasa” Indonesia dapat bersaing dengan start up di dunia, setidaknya terdapat 6 start up yang masuk dalam jangkauan sampai rangking 200, seperti Lazada, Tokopedia, Bhineka, Zalora Indonesia, Blibli, dan Traveloka.

Siapapun bisa memulai membangun Startup-Up nya sendiri, tanpa harus menunggu dana besar awal terlebih dahulu. Sampai-sampai muncul komunitas kusus untuk Start-Up yang dikenal dengan #Startuplokal. Komunitas tersebut menjadi sebuah forum yang sangat penting bagi para pemain Start-up. Komunitas Start-Up di Yogyakarta juga terus dikuatkan. Munculnya asosiasi bernama ADITIF (Asosiasi Digital Kreatif) yang dideklarasikan tanggal 15 Juni 2015, menjadi sebuah cerminan adanya dorongan yang kuat dari para masyarakat wirausaha, khususnya yang berbasis teknologi informasi, untuk terus berkembang. Jumlah start up dari Yogyakarta sepertinya sudah mencerminkan antusiasnya masyarakat kreatif dari Yogyakarta. Namun sayangnya, dari daftar tersebut terdapat beberapa nama start up yang tidak aktif. TechinAsia Indonesia pernah melaporkan daftar start up dari Yogyakarta yang lebih nyata. Nama-nama Sale Stok Indonesia, Makandiantar, Kulineran, dinyatakan sebagai start-up asli dari Yogyakarta.

Melihat kondisi pertumbuhan Start Up yang memang Up, menunjukkan bahwa Indonesia mampu dan memiliki pasar yang besar. Kembali TechinAsia pernah menuliskan mengapa perlu investasi Start Up di Indonesia. Tidak hanya terkait pasar yang besar, namun juga di Indonesia mudah untuk menemukan talen-talen teknologi informasi yang handal. Namun di sisi lain, Start Up Indonesia juga harus terus berkembang, karena saingan tidak hanya di dalam negeri saja, namun juga harus bersaing dengan perusahaan berbasis teknologi informasi di seluruh dunia. Terakhir Facebook punya Local Market, yang dikuatirkan dapat mengganggu pasar dari Tokopedia atau Bukalapak. Walau demikian, Indonesia memiliki karakter pasar yang mungkin berbeda dengan pasar negara lain. Peran pemerintah untuk mengatur semuanya ini sangat diperlukan, namun juga jangan sampai menghambat. Peran pendidikan tinggi, juga semakin besar untuk dapat menghasilkan lulusan yang adaptif, mandiri, profesional, unggul, dan humanis (AMPUH).

Untuk menambah pengetahuan, ada dua buku yang menurut saya bagus untuk dijadikan sebagai start dalam mengenal dunia Startup. Dua buku tersebut adalah “StartupPedia: Panduan Membangun Startup ala Silicon Valley” karangan Anis Uzzaman, dan “The $100 Startup” karangan Chris Guillebeau. Kebetulan keduanya terjemahan dari buku asli dengan judul serupa.

Terganggu dengan panggilan dari sales?


Secara tidak langsung, sebenarnya kita mempersilahkan pihak-pihak lain mendapatkan secara mudah nomor telepon genggam kita. Bisa jadi pihak tersebut tidak kita inginkan untuk mengetahuinya, misalnya agen kartu kredit, agen asuransi, Membership, dan sebagainya. Salah satu akibat tidak langsung dari tindakan tersebut adalah sewaktu-waktu ada telepon masuk dari nomor yang tidak pernah kita kenal, karena tidak tercatat di buku telepon. Dan setelah diterima, ternyata dari agen penjual asuransi, investasi, tawaran produk, dan sebagainya. Dan yang lebih membuat kita jengkel adalah bagaimana mereka dapat mengetahui nomor telepon genggam kita padahal tidak pernah kita beritahukan.

Whoscall
Mohon maaf, bukannya tidak ingin menyudutkan pihak agen yang telah melakukan tugasnya tersebut. Namun jelas-jelas, kondisi tersebut tidak membuat nyaman, setidaknya bagi saya. Sehingga, dengan masalah yang saya hadapi tersebut, akhirnya saya memasang sebuah aplikasi dan layanan Whoscall di perangkat telepon genggam saya. Aplikasi ini memberikan fungsi yang sangat membantu saya untuk mendeteksi siapakah yang sedang memanggil. Yang menarik adalah, dengan layanan sinkronisasi Whoscall, kita langsung dapat mengetahui yang sedang memanggil apakah dari Sales A, Sales B, atau yang lainnya. Selain itu, Whoscall dapat kita minta untuk langsung memblokir semua nomor-nomor yang sudah kita kategorikan untuk di blok. Inilah yang membuat sangat terbantu untuk “menghindar” dari panggilan yang tidak kita harapkan.

Terima kasih kepada #Pocket dan #Readability


Menjelajah berbagai situs web di Internet menggunakan web browser, baik di piranti smartphone, phablet, tablet, notebook, desktop, menjadi sebuah kegiatan yang dapat dipastikan akan dilakukan semua pengguna Internet. Salah satu kebutuhan yang muncul dari kegiatan tersebut adalah bagaimana agar semua tautan yang menarik untuk kita kunjungi kembali di lain waktu dapat tersinkronisasi dengan mudah. Tujuan dengan sinkronisasi ini tentunya agar dapat kita akses kembali menggunakan piranti-piranti yang kita miliki, kapanpun dan di manapun. Ini telah menjadi kebutuhan dasar, setidaknya bagi diri saya sendiri. Dengan fasilitas layanan penyimpanan di cloud yang disediakan oleh masing-masing web browser (apapun itu, baik Chrome, Firefox, Edge, Opera, Safari), sebetulnya telah menjawab kebutuhan tersebut. Namun, setidaknya bagi saya yang suka gonta-ganti web browser, masih diperlukan layanan sinkronisasi satu atap untuk semua browser tersebut.

Dari berbagai pilihan yang ada, misalnya Evernote, Pocket,  digg, dan fasilitas bookmarking lainnya, saya akhirnya jatuh hati pada Pocket. Seluruh web browser yang saya gunakan sudah pasti terpasang Pocket, apalagi Firefox sudah menjadikan Pocket sebagai salah satu layanan default untuk bookmarking.

Kebutuhan lain adalah ekstraksi bagian isi dari suatu halaman web, khususnya blog dan artikel. Seringkali ketika mengunjungi suatu laman yang berisi artikel, dan itu menarik untuk saya baca lagi di waktu lain, maka muncul kebutuhan agar yang saya simpan dan akan terbaca lagi di kemudian waktu, hanyalah cukup isinya, tidak perlu seluruh laman dengan berbagai layout, gambar, style. Sekali lagi Evernote telah menyediakan layanan tersebut, namun terasa dengan keterbatasan penyimpanan dan kompleksitas layanan, membuat saya beralih ke Readability. Readability juga telah terpasang sebagai add-on atau extention di web browser yang saya gunakan. Layanan ini sangat membantu saya untuk dapat terus melakukan aktifitas membaca dari berbagai artikel yang saya temukan, tanpa harus mengunjungi laman web sumbernya.

Thanks to #Pocket and #Readability.

Google Now Launcher di Android 6 kuras bateri?


Di awal oktober 2015 lalu, piranti telepon Nexus 5 saya mendapat update Android 6 (Marshmallow). Secara awan, tidak ada perbedaan mencolok untuk tampilan. Namun jika dilihat pada Settings, saya mendapati beberapa menu baru, seperti sudah diulas di androidpit.com, android geeks, dan banyak lainnya. Saya tidak akan mengungkapkan ulang tentang kapasitas dan fasilitas baru dengan adanya Android 6 tersebut.

Setting Android 6

Pengalaman awal menggunakan Android 6 ini adalah bateri perangkat saya cepat sekali habis. Sudah saya lakukan beberapa cara untuk mencoba menghemat bateri. Padahal, di Android 6 ada kemampuan penghematan bateri “pintar” yang disebut dengan Doze. Beberapa cara yang pernah saya lakukan adalah berpindah ke koneksi WiFi (jika ada) dan mematikan koneksi data 3G, mematikan background process, mengaktifkan aplikasi  yang penting, hanya install Facebook Lite, mengurangi item-item sinkronisasi otomatis. Namun semua usaha tersebut seperti sia-sia. Bateri tetap cepat terkuras. Apakah karena ada whatsapp, line, twitter?

Kemudian saya coba cara lain, yaitu memasang Nova launcher, untuk menggantikan Google Now launcher. Cara ini ternyata membuat bateri saya menjadi cukup efisien. Sehingga muncul pertanyaan saya apakah karena memang Google Now launcher tidak “sehat” untuk dijalankan bersama Android 6 di Nexus 5? Mungkin saja. Dan pada akhirnya, sampai saat ini saya cukup menggunakan Nova launcher.

Nova launcher on Android 6

Mengirim Pesan Secara Terjadwal


Pada akhirnya saya mendapatkan satu aplikasi untuk Android yang dapat menjawab kebutuhan saya terhadap pengiriman pesan yang sesuai dengan waktu diinginkan. Aplikasi ini bernama Schemes yang dibuat oleh OX Apps. Pengiriman pesan yang dapat dijadwalkan oleh aplikasi ini, antara lain: SMS, Twitter, Facebook, dan email menggunakan GMail. Hal menarik lainnya adalah, kita juga dimungkinkan mengirimkan satu pesan yang sama melalui keempat perantara tersebut secara bersama-sama.

Schemes

 

Setiap pesan yang kita kirimkan melalui Schemes akan disimpan sebagai sebuah bentuk history yang tentu saja dapat kita kelola. Schemes disediakan secara gratis, dan tidak mengandung Ads (iklan).

Representasi Pengetahun pada Semantic Web


Sebuah dokumen web banyak mengandung informasi yang semestinya dapat dikenali oleh komputer untuk dapat diolah lebih lanjut. Informasi dapat berupa sebuah fakta yang menguraikan objek ataupun konsep, dan mungkin juga mungkin saja berisi relasi antara konsep dan objek atau relasi antar objek. Sebagai contoh, terdapat sebuah kalimat dalam dokumen web sebagai berikut “Alamat email dari Hiu Putih adalah hiuputih@hiu.com“. Kalimat tersebut mendeskripsikan sebuah email dari objek Hiu Putih, yang dapat diwujudkan dengan sebuah directed graph, sebagai berikut:

graf_1

Untuk mempresentasikan kalimat tersebut agar lebih mudah dipahami oleh komputer, secara umum dituliskan dengan menggunakan format XML. Berikut adalah contoh XML untuk deskripsi objek Hiu Putih di atas: Baca lebih lanjut

Cara Sederhana Melihat Populasi Dokumen


Dalam ilmu statistik, istilah populasi merujuk pada suatu koleksi himpunan data. Untuk membedakan satu populasi data dengan populasi data lainnya, pengukuran dasar seperti pusat data (dengan rata-rata) dan variabilitas nilainya (variance) dapat digunakan sebagai parameter karakteristik populasi. Jika hal ini dikaitkan dengan populasi dokumen, maka kita dapat melihat karakteristik setiap populasi dokumen berdasar rata-rata kemunculan setiap kata per dokumen. Dalam kondisi sebuah populasi yang luar biasa besar, misalnya seluruh dokumen dalam bahasa Indonesia, maka tidak mungkin kita mendapatkan nilai rata-rata secara pastinya. Untuk hal ini, kita dapat mengambil sampling. Terkait dengan sampling, kita perlu melakukannya dengan tepat, yaitu jangan sampai sampling yang ditentukan tidak mencerminkan perwakilan dari populasi yang sesungguhnya. Metode sampling, seperti Bootstrapping dan Kennard-Stone, dapat menjadi alternatif untuk pembentukan sampling.

Untuk menghitung rata-rata sebuah kata dalam populasi dokumen, kita dapat menghitung jumlah kemunculan kata tersebut di tiap dokumen di bagi dengan jumlah populasi dokumen (N). Sebagai contoh saya mencoba secara sederhana melakukan tokenisasi terhadap 30 dokumen dari kompas.com (pada tanggal 29 Agustus 2012 lalu) untuk tiga kelompok berita, yaitu Ekonomi, Politik, dan Tekno. Berikut sedikit gambaran tentang hasilnya: Baca lebih lanjut